AdvertorialDaerahSamarinda

80% Petani Indonesia Telah Berumur, Wakil Ketua DPDR Kaltim Sorot Kalangan Muda Tangkap Pangsa Pasar

Purantara.id, Samarinda – Faktanya petani milenial di Indonesia saat ini ialah hanya 20% dari jumlah keseluruhan. Presentasi tersebut tentu mengkhawatirkan dimana 80% sisanya berarti petani yang telah berumur.

Wakil Ketua DPRD Kaltim Muhammad Samsun mengatakan, padahal pertanian dan petani merupakan Soko Guru, atau tiang utama perekonomian. Samsun pun menegaskan jika dirinya sendiri adalah anak petani dan bangga dengan hal itu.

“Saya anak petani, dan masih bertani sampai sekarang, saya bangga dengan hal itu,” ungkap Samsun.

Berangkat dari angka tersebut, Samsun menilai sebaiknya memang anak muda terlebih di Kaltim untuk didorong produktif terhadap bidang pertanian. Karena kalau berbicara prospek pangsa pasar, ini bagus luar biasa.

Samsun menilik kalau pangsa pasar yang bagus sampai hari ini belum ada yang menangkap. Ini sangat disayangkan, karena potensi lahan terlebih di Kaltim begitu luas, subur dan cocok sehingga cocok untuk mengembangkan lahan pertanin.

“Hanya saja petaninya yang kurang, pemuda kini memang belum terlalu tertarik untuk menangkap peluang pasar pengadaan pangan,” sebut Samsun.

BACA JUGA:  Dispora Kaltim Tegaskan Netralitas ASN Jelang Pilkada 2024

Katakanlah bisnis adalah peluang pasar yang sebetulnya telah di depan mata, imbuh Samsun. Ibaratnya di Kaltim mau menanam apa saja sudah pasti terserap oleh pasar.

Padahal kalau berbicara modal pertanian itu dibilang kecil, namun menjadi faktor utama ialah kalangan masyarakat belum banyak melihat kesempatan ini sebagai prospek usaha yang menggiurkan. Sehingga tidak terlalu banyak dilirik oleh pengusaha muda.

“Jangankan petani. Para pengusaha muda kita pun jarang. Kalau pemuda kita sudah melihat prospeknya berusaha dibidang pertanian menarik. Saya pikir mereka pasti akan mau untuk turun ke bidang pertanian,” ujar Samsun.

Lanjut, tidak dipungkiri memang ada beberapa persepsi mengatakan bahwa petani itu identik dengan kemiskinan, kekumuhan, ketertinggalan, dan tradisionalisme. Hal demikianlah yang sebetulnya perlu dirubah. Caranya dengan adanya modifikasi atau intensifikasi pertanian (modernisasi pertanian).

“Petani yang modern maksudnya ialah, jika dulu menggunakan tenaga, maka sekarang menggunakan mesin. Nah ini dapat terlihat semakin keren. Jadi tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga yang ekstra,” tandasnya. (Fc/Rhn/Adv/Dprd Kaltim)

BACA JUGA:  Tingkatkan Wirausahawan Muda Di Kukar

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button