Upaya Dinkes Kukar Beri Perhatian Ekstra untuk Kelompok Rentan HIV

Purantara.id, Kutai Kartanegara – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Kartanegara (Kukar) menunjukkan komitmen kuatnya dalam memerangi HIV dengan memprioritaskan kelompok-kelompok yang rentan terhadap virus ini.
Adapun kelompok rentan ini meliputi ibu hamil, pasien TBC, pasien IMS, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), orang dengan pasangannya positif HIV, serta kepada populasi kunci yang jadi target, seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), serta orang dengan yang pasangannya positif HIV, Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), waria dan pengguna narkoba suntik.
Dinkes Kukar menunjukkan komitmennya dalam memerangi HIV/AIDS dengan menjalin kerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Kolaborasi ini bertujuan untuk menjangkau kelompok-kelompok rentan yang berisiko tinggi terpapar HIV setiap tahunnya.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan penting dalam memberikan dukungan dan pendampingan bagi pasien yang baru didiagnosis HIV, khususnya dari kelompok LSL dan WPS.
Menurut data Dinkes Kukar, per awal tahun 2024, tercatat terdapat 442 kasus HIV di wilayah tersebut. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2023, di mana sepanjang tahun tersebut tercatat 135 kasus HIV.
Jika ditotalkan secara kumulatif dengan kasus di tahun sebelumnya, maka jumlah keseluruhan kasus HIV di Kukar mencapai 437 kasus.
“Kasus baru di tahun 2024 per Januari ini ada lima, sehingga totalnya menjadi 442 kasus secara kumulatif. Perlu diingat bahwa angka ini bersifat kumulatif karena HIV tidak dapat disembuhkan dan pengidapnya harus menjalani pengobatan seumur hidup,” jelas Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kukar, Supriyadi, pada hari Selasa (16/4/2024).
Supriyadi menegaskan, kunci utama dalam memerangi penyakit menular terletak pada deteksi dini dan penanganan cepat terhadap individu yang terjangkit. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan. Oleh karena itu, Ia bersama timnya menerapkan strategi skrining selektif yang menargetkan populasi kunci dan kelompok berisiko.
Upaya ini diiringi dengan langkah promotif dan preventif, dengan fokus pada edukasi, khususnya bagi pelajar di SMP dan SMA. Edukasi ini bertujuan untuk mencegah perilaku berisiko yang berpotensi memicu penularan penyakit. Penanaman nilai-nilai pencegahan sejak dini diharapkan dapat menekan angka kasus HIV, terutama pada kalangan usia produktif dan lansia.
“Bagi individu yang terdeteksi positif, pengobatan akan segera diberikan. Perlu diingat bahwa kasus HIV memiliki kompleksitasnya sendiri. Tak jarang, individu yang terjangkit memilih untuk merahasiakan statusnya dari keluarga atau pasangan,” tandasnya. (HF/Adv/Diskominfo/Kukar)