AdvertorialKutai Kartanegara

Petani Garam di Desa Kersik Berhasil Kembangkan Usaha dan Raih Omzet Besar

Purantara.id, Kutai Kartanegara – Di Desa Kersik, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), sekelompok tani telah berhasil memproduksi garam secara mandiri. Kelompok ini menamakan diri mereka Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR).

Ketua KUGAR Kersik 2, Sigit Sarlan, menerangkan bahwa kelompoknya memiliki tujuh rumah garam berjenis tunnel yang digunakan untuk menghasilkan garam krosok. Rumah garam ini terbuat dari plastik dan pipa dengan luas sekitar 15×4 meter per unit.

“Pembangunan rumah garam tunnel ini dimulai pada bulan Desember 2023 dengan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kukar,” ungkap Sigit pada hari Minggu (14/4/2024).

Ia menjelaskan bahwa setiap rumah garam tunnel mampu menghasilkan 600-700 kilogram garam sekali panen. Jumlah ini bahkan bisa ditingkatkan hingga 1 ton dengan waktu pengolahan yang lebih lama. Hal ini dikarenakan hasil panen garam dapat diatur dengan menyesuaikan jumlah air yang dimasukkan ke rumah garam saat awal pembuatan.

Namun, kuantitas panen KUGAR Kersik 2 sangat bergantung pada cuaca. Jika cuaca tidak menentu dengan intensitas hujan tinggi, maka masa panen akan lebih lama. Sebaliknya, panen bisa lebih cepat dilakukan pada musim kemarau yang panjang.

BACA JUGA:  Pemkab Kukar Salurkan Sarana Prasarana Bagi Petani Nelayan di Sebulu Ilir

“Tergantung cuaca, panennya tidak bisa pasti. Tapi secara umum, jika dalam satu bulan tidak ada hujan sama sekali, garam bisa jadi dalam waktu sekitar 30-40 hari,” terangnya.

Garam hasil panen ini diolah menjadi garam krosok. Saat ini, KUGAR Kersik 2 belum memiliki penampung hasil panen. Garam krosok mereka jual eceran kepada warga sekitar untuk keperluan pembuatan ikan asin atau alternatif pupuk.

“Harganya sekitar Rp3-5 ribu per kilogram. Ada yang beli 300 kilogram, ada juga yang sampai 500 kilogram,” ucapnya.

Sigit menceritakan kembali awal mula usaha garam ini. Modal awal untuk membangun usaha garam sekitar Rp150 juta. Modal ini hanya digunakan di awal, selanjutnya hanya diperlukan biaya listrik untuk pompa air.

Omzet per bulan tidak menentu karena bergantung pada cuaca. Pada cuaca yang bersahabat, keuntungan sekali panen bisa mencapai Rp5-10 juta. Sedangkan pada cuaca yang tidak mendukung, keuntungannya sekitar Rp5 juta.

“Bahan baku garam ini adalah air laut, jadi bisa dibilang gratis dan tidak terbatas. Biaya produksi kita jumlahkan sekitar Rp1 juta,” tuturnya.

BACA JUGA:  Ananda Emira Moeis Dorong Kaltim Green Melalui Revitalisasi Pertanian: Investasi untuk Kesejahteraan dan Lingkungan

Dirinya memiliki harapan untuk menjadikan kelompoknya sebagai contoh pengolahan garam di Kalimantan. Saat ini, belum ada pihak lain yang memproduksi garam di wilayah tersebut dan selama ini garam masih dipasok dari luar.

“Harapannya Desa Kersik bisa menjadi desa pertama yang konsisten memproduksi garam. Kami juga berharap Kaltim bisa mandiri dalam memasok garamnya,” pungkasnya. (HF/Adv/Diskominfo/Kukar)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button