Peringatan Peristiwa Merah-Putih, Samsun: Rakyat Sangasanga Belum Sepenuhnya Merdeka
Purantara.iid, Kukar – Meski hanya berstatus sebagai kecamatan, Sangasanga yang kini masuk di wilayah Kutai Kartanegara memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Pada 27 Januari 1947 atau tepat 75 tahun lalu terjadi peristiwa heroik di wilayah kaya minyak bumi ini.
Seorang putra Sangasanga bernama La Hasan merobek bendera Belanda. Aksi ini merupakan simbol atas perlawanan anak muda Sangasanga dari upaya tentara Belanda yang ingin kembali berkuasa.
Sangasanga di masa silam memang merupakan kawasan maju dengan fasilitas penunjang yang mumpuni. Maklum, kawasan yang berdekatan dengan muara atau wilayah hilir Sungai Mahakam ini memiliki ladang minyak melimpah.
Sebagian ladang-ladang itu masih beroperasi. Sebagian lainnya tinggal kenangan. Banyak bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun di pertengahan abad 19 hingga kini masih berdiri kokoh.
Menandakan peradaban di Sangasanga memang lebih dulu maju dibandingkan daerah lainnya di Kaltim. 75 tahun berlalu, rakyat Sangasanga ternyata belum sepenuhnya merdeka.
Sebagian besar lahan-lahan di kecamatan tersebut masuk dalam wilayah konsesi atau perizinan untuk kegiatan eksploitasi sumber daya alam (SDA). Selain keberadaan PT Pertamina Hulu Sangasanga yang menguasai banyak tempat, di kecamatan ini juga masih terdapat operasional pertambangan.
Bahkan tambang-tambang yang beroperasi di wilayah ini termasuk besar dilihat dari luasan operasionalnya. Beberapa waktu silam, salah satu ruas utama penghubung di kecamatan ini bahkan sempat terputus akibat masifnya aktivitas pertambangan.
Hampir sama seperti yang dialami masyarakat lainnya, rakyat Sangasanga harus rela berdampingan dengan aktivitas pertambangan.
Wakil Ketua DPRD Kaltim Muhammad Samsun yang hadir pada upacara dalam puncak peringatan Peristiwa Merah-Putih, Kamis (27/1/2022), mengaku prihatin dengan kondisi ini. Dia berharap semangat juang rakyat Sangasanga di masa silam harus menjadi teladan bagi perjuangan anak muda sekarang.
“Semangat yang dimunculkan orang tua kita di masa silam tidak boleh redup hanya karena penjajah sudah pergi. Justru penjajahan gaya baru sekarang yang situasinya lebih sulit. Rakyat Sangasanga harus benar-benar merasakan kemerdekaan dan bebas hidup di tanahnya sendiri,” tegas politisi PDI Perjuangan dari daerah pemilihan (dapil) Kukar ini.
Di akhir upacara yang dipimpin Bupati Kukar Edi Damansyah tersebut, juga disuguhkan aksi teaterikal yang menggambarkan perjuangan rakyat Sangasanga dalam mengusir penjajah. (*)